welcome to my home

I want all of you to feel just like home whenever you enter my page, so enjoy your 'feels like home' in here and free to drop comments

Bertemu Mu(r)ka

Feb 14, 2007

Bertemu mu(r)ka membuatku tak berdaya
percuma gelar debater ku sandang
tiada guna selama ini aku diusung jd pembicara handal
tidak pengaruh rentetan catatanku untuk menangkis hujamannya
Bertemu mu(r)ka melemparku kembali ke titik nol!

Betapapun aku telah persiapkan bertemu mu(r)ka
ketika bersamanya aku membisu
tatapan 3 pasang mata menyudutkanku… sekaligus!
Hujan kekecewaan dan keraguan menggantung kian legam
seperti menggali lubang di atas tempatku berpijak Aku menatap lekat kuat ke arahnya…
mencari tempat di mana aku bisa berbisik menumpahkan isi hatiku padanya – yang sebenarnya!
Tapi dipikir-pikir… bertemu mu(r)ka bukanlah hakku
maka ku redam siksa dengan merekam semua peristiwa dan pertanda
yang ia beberkan ‘rahasia’nya cuma-cuma
agar ketika selesai dapat ku bawa pergi dan menghilang…

Bertemu mu(r)ka menghancurkanku
plateu gelap ia buat tuk aku diami
meski sekuat tenaga ku tahan posisi
tak kan ku biarkan bongkahan mutiara panas berbaris meluncur
ketika akhirnya ia mengunciku di dalam sana…
Terperangkap bersama tajamnya lidah tak bertulang!

Bertemu mu(r)ka memaksaku semakin yakin tuk melangkah pergi… kabur… dan menguap
dari muka bumi!
Aku takut… bukan untukku,
tapi bertemu mu(r)ka mungkin akan lebih menyakitkan
bagi kamu, ia, mereka – yang tak boleh disebut namanya!
Bertemu mu(r)ka biarlah jadi ceritaku semata…

SAKIT

Aku terbaring sakit,
Di atas ranjang nuansa biru dan remang lampu
Rasa ngilu menusuk sendi
Rasa nyeri menjalar di perut
Demam trus membuatku menggumam
Aku terbaring sakit,
Tak sanggup lihat garis resah di dahi ma2 yg makin bertambah
Tak ingn mendengar kisah-kisah harian pa2 dan adek yang bergairah
Tak rela lepaskan genggaman pada selain nyawa
Tak kuasa merutuki diri yang bungkam
Aku benar2 sakit,
Di tengah derita yang dibawa hujan dan petir
Di antara tumpukkan bayangan di kepala
Semua seakan menatapku… jelma jadi hakim

Tapi di dalam aku lebih dari seorang pesakit,
Telah berani melangkah di atas bara
Konstan lengah menjadi tuan
Dan ketika sakit ini datang…
Sesaat aku rela luluh lantah!
Menangis dalam mimpi dan nyata yg berkala,
Memohon pada Penguasa…

Mungkinkah saat tersungkur dalam doa sekalipun
Tiada yang melirik memperdulikan aku?

DIA YANG GA SUKA CURHAT

Feb 12, 2007

Ku utarakan kisah ini pd sang malam
Karena tak kan ku temukan org (yg pantas) tuk berbagi
Ku lepaskan jubah kebesaranku
Dan bersandar dalam selimut gelap
…ugh, mkg sebaiknya ku simpan sendiri saja!
Ku utarakan keluh kesah ini pd sang malam
Karena dari tempatku berpijak hanya terlihat pencakar langit nan sombong!
Ku mulai muntahkan gelisah
Yang tertahan di jalan napas
…ah, curhat itu ga bs ditolerir!
Ku utarakan kerinduanku pd sang malam
Yang memisahkan dengan api semangatku
Karena getir kurasa menjaga keseimbangan tanpanya!
…hmm, tdnya kupikir curhat itu tuk org2 lemah
Wahai semburat kelabu,
Segeralah padam… karena harapku membuncah
karena penantianku begitu panjang
ingin lekas datang pagi
agar dapat kembali merajut benang kasih!
Sekali ini saja ku curhat padamu… bukan lemah tp demi hatiku bersamanya

LETTERA AMOROSA*

Feb 6, 2007

L’amour vache!

^Ni bluette sentimentale ni mol épanchement, l’adresse amoureuse condense chez les poètes les plus vifs enjeux de l’existence et c’est en elle sans doute qu’ils portent la langue à son plus haut degré d’incandescence. La question de l’autre, celle du désir et de la perte, est au cœr de la poésie: comme un pas de danse sur l’abîme. L’amour/ la poésie: deux visages d’un meme mystère^.


Kejamnya cinta!

^Tanpa kisah kasih sedih ataupun airmata yang mengalir, perasaan cinta membuat para penyair menghasilkan karya mengenai eksistensi dasar manusia dan melalui tema cintalah mereka mampu menciptakan rangkaian kata terindah. Pertanyaan tentang sesame manusia, tentang hasrat dan rasa kehilangan berada dalam sebuah puisi: seperti langkah di tepi jurang yang sangat berbahaya. Cinta/ puisi: dua sisi dari misteri yang sama^.


*Lettera Mamarosa adalah judul puisi karya René Char yang keseratus tahun kelahirannya akan dirayakan pada tahun 2007. Selamat datang Le Printemps les Poetes!

CINTA TIDAK BUTUH TALI

Feb 4, 2007

Engkaulah getar pertama yang meruntuhkan gerbang tak berujungku mengenal Hidup
Engkaulah tetes embun pertama yang menyesatkan dahagaku dalam Cinta tak bermuara
Engkaulah matahari Firdausku yang menyinari kata pertama di cakrawala aksara

Kau hadir dalam ketiadaan. Sederhana dalam ketidakmengertian.
Gerakmu tiada pasti. Namus aku terus di sini.
Mencintaimu.

Entah kenapa.

Aku mencintaimu sepenuh hati.
Tak peduli lagi tepat atau tidak.
Tak peduli kau menyadari aku hilang atau tampak.
Tak peduli kau bahagia dengan diriku atau cuma dengan sel otak.

Rasa memiliki itu seperti sel.
Semula satu dan kemudian terpecah jadi seribu satu.
Dan aku menyimpan sel-sel yang sehat.
Ia akan terpecah di luar kendali cinta itu sendiri.
Sel ini terus nertambah dan menambah.
Mereka hidup melingkari kita, semenjak kita saling cinta.
Suka tak suka.

Aku bosan diam.
Aku ingin berteriak lantang.
Menembus segenap celah dan semua lubang,
merasuk ke ujung gendang telinga semua orang…
Aku mencintainya.

Aku ingin sekali tuli.
Sekawanan samurai terbuat dari huruf datang menyerang.
Mencacah harga diriku seperti daging cincang.
Mereka menghinaku, karena aku cuma bisa diam.
Mereka menyumpahiku, karena aku rela diabaikan.

Aku adalah manusia statis.
Statistik kita tidak bagus, sayang.
Aku adalah manusia yang butuh pengakuan.
Tak kutemukan satu orang pun yang mengakui kita.


(kompilasi Supernova: Puteri, Pangeran dan Bintang Jatuh)

waktu

Feb 2, 2007


Katanya waktu itu menyembuhkan. Tapi buatku (mungkin yang lain juga) waktu adalah pemangsa.

Tidak ada yang terlewat dari amatannya. Saat bahagia, sedih, marah bahkan kematian pun ia lahap habis-habisan. Aku kini berada dalam kubangan itu.

Baru ku sadari hitungannya, ketika rasanya semua berjalan terlalu menghentak… 15 bulan, kali 30 hari dikalikan lagi 24 jam, lagi dengan 60 menit, berikutnya kali 60 detik, jadilah 38880000 bagian yang telah terlewatkan. Bukan… bukan mengutukinya, hanya merajuk ternyata aku terlena sampai ketika hitungan itu ‘mengepak’ koper dan beranjak.

Seringkali kita tidak mengindahkan tengah menyepelekan waktu, bukan karena tapi meskipun ia menengadah ia tetaplah dentangan sombong! Siapa bilang waktu menyembuhkan…

Waktu menjadi pemangsa sejak menguasai padang pasir dengan hanya berbekal tonggak. Waktu jadi pemangsa ketika Kaisar besar Romawi ‘menanggalkan’ kejayaannya di sebuah pematrian, setidaknya Julius – nama Kaisar itu – menempati ruang rindunya menggumam. Waktu jadi pemangsa ketika gerakan dipercepat demi merambah lebih banyak, Einstein menciptakan E=MC² karena relativitas memukau si pemangsa. Waktu adalah pemangsa yang unik sekaligus lick, ia tidak mau berbagi dan tak kan pernah kembali.

Waktu, saat malam tadi ku sempatkan menunggunya berselang… ku tatap matanya, mencari setengah jawaban (karena jawaban penuh hanya milik Sang Pencipta), menahan rindu yang sesakkan dada. Aku masih terluka tapi ku sabarkan diri, menutup gelap ia berujar ‘belajarlah membacaku,’ ia menciumku lembut lalu pergi.

Katanya waktu itu menyembuhkan. Berulangkali ia menengokku terbujur di alas tidurku lemah, ia tak jua menguatkan… hanya tatapan sedihnya menusukku, namun ku lelah menghitung.

Kiranya sudah 38880000 dan 1200 hitungan waktu lagi… seharusnya aku sudah kaya, seandainya bisa ku berikan embel-embel tanda mata uang milik Negeri Puteri Diana yang kini menginjak kurs 16.000/ rupiahnya. Tapi, itulah waktu… tidak ada yang tersisa dilahapnya…


NB: thx Oprah Show, for bringing James Blunt last weekend… it really does make me stuck in time, wondering for the ANGEL who’d help me…143