welcome to my home

I want all of you to feel just like home whenever you enter my page, so enjoy your 'feels like home' in here and free to drop comments

LETTERA AMOROSA*

Feb 6, 2007

L’amour vache!

^Ni bluette sentimentale ni mol épanchement, l’adresse amoureuse condense chez les poètes les plus vifs enjeux de l’existence et c’est en elle sans doute qu’ils portent la langue à son plus haut degré d’incandescence. La question de l’autre, celle du désir et de la perte, est au cœr de la poésie: comme un pas de danse sur l’abîme. L’amour/ la poésie: deux visages d’un meme mystère^.


Kejamnya cinta!

^Tanpa kisah kasih sedih ataupun airmata yang mengalir, perasaan cinta membuat para penyair menghasilkan karya mengenai eksistensi dasar manusia dan melalui tema cintalah mereka mampu menciptakan rangkaian kata terindah. Pertanyaan tentang sesame manusia, tentang hasrat dan rasa kehilangan berada dalam sebuah puisi: seperti langkah di tepi jurang yang sangat berbahaya. Cinta/ puisi: dua sisi dari misteri yang sama^.


*Lettera Mamarosa adalah judul puisi karya René Char yang keseratus tahun kelahirannya akan dirayakan pada tahun 2007. Selamat datang Le Printemps les Poetes!

CINTA TIDAK BUTUH TALI

Feb 4, 2007

Engkaulah getar pertama yang meruntuhkan gerbang tak berujungku mengenal Hidup
Engkaulah tetes embun pertama yang menyesatkan dahagaku dalam Cinta tak bermuara
Engkaulah matahari Firdausku yang menyinari kata pertama di cakrawala aksara

Kau hadir dalam ketiadaan. Sederhana dalam ketidakmengertian.
Gerakmu tiada pasti. Namus aku terus di sini.
Mencintaimu.

Entah kenapa.

Aku mencintaimu sepenuh hati.
Tak peduli lagi tepat atau tidak.
Tak peduli kau menyadari aku hilang atau tampak.
Tak peduli kau bahagia dengan diriku atau cuma dengan sel otak.

Rasa memiliki itu seperti sel.
Semula satu dan kemudian terpecah jadi seribu satu.
Dan aku menyimpan sel-sel yang sehat.
Ia akan terpecah di luar kendali cinta itu sendiri.
Sel ini terus nertambah dan menambah.
Mereka hidup melingkari kita, semenjak kita saling cinta.
Suka tak suka.

Aku bosan diam.
Aku ingin berteriak lantang.
Menembus segenap celah dan semua lubang,
merasuk ke ujung gendang telinga semua orang…
Aku mencintainya.

Aku ingin sekali tuli.
Sekawanan samurai terbuat dari huruf datang menyerang.
Mencacah harga diriku seperti daging cincang.
Mereka menghinaku, karena aku cuma bisa diam.
Mereka menyumpahiku, karena aku rela diabaikan.

Aku adalah manusia statis.
Statistik kita tidak bagus, sayang.
Aku adalah manusia yang butuh pengakuan.
Tak kutemukan satu orang pun yang mengakui kita.


(kompilasi Supernova: Puteri, Pangeran dan Bintang Jatuh)

waktu

Feb 2, 2007


Katanya waktu itu menyembuhkan. Tapi buatku (mungkin yang lain juga) waktu adalah pemangsa.

Tidak ada yang terlewat dari amatannya. Saat bahagia, sedih, marah bahkan kematian pun ia lahap habis-habisan. Aku kini berada dalam kubangan itu.

Baru ku sadari hitungannya, ketika rasanya semua berjalan terlalu menghentak… 15 bulan, kali 30 hari dikalikan lagi 24 jam, lagi dengan 60 menit, berikutnya kali 60 detik, jadilah 38880000 bagian yang telah terlewatkan. Bukan… bukan mengutukinya, hanya merajuk ternyata aku terlena sampai ketika hitungan itu ‘mengepak’ koper dan beranjak.

Seringkali kita tidak mengindahkan tengah menyepelekan waktu, bukan karena tapi meskipun ia menengadah ia tetaplah dentangan sombong! Siapa bilang waktu menyembuhkan…

Waktu menjadi pemangsa sejak menguasai padang pasir dengan hanya berbekal tonggak. Waktu jadi pemangsa ketika Kaisar besar Romawi ‘menanggalkan’ kejayaannya di sebuah pematrian, setidaknya Julius – nama Kaisar itu – menempati ruang rindunya menggumam. Waktu jadi pemangsa ketika gerakan dipercepat demi merambah lebih banyak, Einstein menciptakan E=MC² karena relativitas memukau si pemangsa. Waktu adalah pemangsa yang unik sekaligus lick, ia tidak mau berbagi dan tak kan pernah kembali.

Waktu, saat malam tadi ku sempatkan menunggunya berselang… ku tatap matanya, mencari setengah jawaban (karena jawaban penuh hanya milik Sang Pencipta), menahan rindu yang sesakkan dada. Aku masih terluka tapi ku sabarkan diri, menutup gelap ia berujar ‘belajarlah membacaku,’ ia menciumku lembut lalu pergi.

Katanya waktu itu menyembuhkan. Berulangkali ia menengokku terbujur di alas tidurku lemah, ia tak jua menguatkan… hanya tatapan sedihnya menusukku, namun ku lelah menghitung.

Kiranya sudah 38880000 dan 1200 hitungan waktu lagi… seharusnya aku sudah kaya, seandainya bisa ku berikan embel-embel tanda mata uang milik Negeri Puteri Diana yang kini menginjak kurs 16.000/ rupiahnya. Tapi, itulah waktu… tidak ada yang tersisa dilahapnya…


NB: thx Oprah Show, for bringing James Blunt last weekend… it really does make me stuck in time, wondering for the ANGEL who’d help me…143

apokaliptik?

Jan 24, 2007


yang terpenting, kamu tahu kapan harus berbelok, menikung, atau menunggu dia mencari-cari bentuk yang tepat buat kamu...dengan sesekali mengemas sebuah white lie....

aku ingin marah... bolehkah?
aku ingin terdiam menangis... gpp kan?

apa aku begitu mengesalkan buatmu... apa aku tidak pantas dapatkan semua ini... kenapa tidak bilang?? kenapa bisu?? kenapa malah berlalu...

maafkan muridmu yang BODOH ini... just dont leave me alone

baik... ku slalu pegang janji, bukan karena siapa-siapa,
tapi untukku
dan kali ini pun begitu adanya...
karena aku ingin kamu,
ITU SAJA!



*for those who keep on waiting for some let-down miracles, am here to follow coz am waiting for my sun

baterai


Tak henti-hentinya ku hentakkan kepingan usb player-ku, "SIAL... baterai-nya habis!"

Tiba-tiba senyap menyergapku, memompaku masuk ke dalam lorong-lorong yang dulu dengan mata telanjang dan menantang ku lalui... kini, tak kukenali lagi... Baru kusadari kehampaan ini - MENYIKSA!

Dahulu baterai ambegan penghuni usb player-ku adalah pemuja rahasia... mau saja ku paksakan bekerja dari mulai menyongsong pagi hingga hampir kantuk menimangku, aku adalah kesatuan yang tak terpisahkan dengannya...

Saat ini ketika dunia menyepi, sang baterai tidak mau berkompromi untuk setidaknya menemaniku beberapa detik lagi... aku teronggok pasrah, rupanya sudah tiada guna yaa... aku enggan melangkah, mungkin ia terlampau lelah - sama halnya denganku...

Setidaknya ia berani 'berteriak' dan 'mendemo'ku dengan 'kebengalannya', hehe... sementara aku masih saja melengos dan memaksakan kehendak! Dasar manusia BUTA...

Beribu kali ku jejalkan ke otak, "Aku tidak pernah kalah..." tapi nyatanya... selintingan lithium berhasil 'menendang'ku dari alam sadar dan sejurus tadi ia tengah berkemas pergi.. AKU SENDIRI...

Mungkin tidak ada yang bisa lagi kuraih darinya, mungkin benar tidak akan bisa ku paksa ia bertahan... memuaskan ego-ku tanpa berpikir 'pilihannya', mungkin sudah waktunya ku beralih saja. Menutup episode baterai ini...

Berulang dari awal, mengais sisa-sisa, lalu menutup rapat semuanya... menunggu sang baterai kembali karena hanya dia yang sanggup mengisi kekosongan yang ditinggalkan terusung usb player-ku (kan setahuku ia rechargeable - milikku satu-satunya)... mungkin hanya 4JJ yang tahu jawabannya...143