welcome to my home

I want all of you to feel just like home whenever you enter my page, so enjoy your 'feels like home' in here and free to drop comments

Indonesia dan Afrika Selatan: Diversifikasi Energi

Aug 18, 2010

Demam Piala Dunia ke 19 di Johannesburg, Afrika Selatan beberapa waktu lalu masih hangat dalam ingatan kita, hingga persepakbolaan Indonesia pun terus berbenah untuk dapat tampil di ajang bergengsi Piala Dunia. Tapi hubungan kedua negara tidak sebatas di bola bundar.

Terbukti pada akhir tahun 2009, Indonesia menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan salah satu produsen bahan bakar sintetis berbasis batu bara terbesar di dunia asal Afrika Selatan, Sasol Synfuel International, yang berhasil mengembangkan Coal to Liquid (CTL) dan Gas to Liquid, yang kini banyak dimanfaatkan di Qatar dan Afrika Selatan sendiri.

Krisis minyak bumi dalam negeri akhir-akhir ini, khususnya untuk menunjang kebutuhan sektor transportasi dan industri serta bayangan akan segera menyusutnya cadangan minyak bumi yang ada, menyadarkan kita bahwa sumber daya alam ini terbatas dan semakin mahal.

Ketergantungan Indonesia terhadap minyak impor kini memang sudah cukup tinggi untuk masuk kategori net oil importer. Sebab itu apabila di luar negeri terjadi gejolak yang mengganggu pasokan BBM di Indonesia, maka perekonomian kita bisa collapse.

Akibat adanya permasalahan energi primer nasional, maka akan berdampak pula terhadap sektor ketenagalistrikan. Hal ini merupakan suatu konsekuensi logis karena tenaga listrik merupakan energi sekunder yang dikonversi langsung dari energi primer.

Krisis energi di Indonesia akhir-akhir ini tak hanya banyak diperbincangkan tapi juga semakin dirasakan oleh berbagai lapisan masyarakat. Himbauan pemerintah melalui program hemat energi pun tidak banyak mendapat sambutan apalagi hasil yang signifikan. Malah banyak warga akhir-akhir ini dikecewakan dengan semakin ‘rajin’nya pemadaman bergilir, isu kualitas bahan bakar Premium yang menurun, serta maraknya ledakan tabung gas 3 Kg yang merupakan program konversi minyak tanah ke gas.

Menyadari kenyataan tersebut, kebijakan pembangunan energi nasional diarahkan untuk diversifikasi energi dengan beralih dari minyak bumi ke gas bumi dan batubara yang memiliki rasio cadangan produksi masing-masing hingga 60 dan 240 tahun. Seperti tercantum dalam cetak biru kebijakan energi Indonesia pada tahun 2025 yang bertujuan untuk diversifikasi dari minyak ke batubara.

Potensi batu bara Indonesia mencapai 104,76 miliar ton. Dari jumlah tersebut, pada tahun 2008, batu bara yang diproduksikan baru mencapai 0,24 miliar ton. CTL diharapkan dapat menambah pasokan energi Indonesia di masa mendatang, dimana share minyak bumi turun menjadi 20% dari 51,66%, gas bumi meningkat dari 28,57% menjadi 30% dan batu bara naik menjadi 33% dari sebelumnya ‘hanya’ sebesar 15,34%.

Penandatanganan MoU dengan Sasol Synfuel International menjadi manifestasi konkret kerja sama Selatan – Selatan, khususnya bilateral antar Indonesia – Afrika Selatan dalam pengembangan energi.

Pertemuan Tim Nasional CTL Indonesia dengan Sasol, yang dipimpin oleh Dirjen Migas Kementerian ESDM Evita H. Legowo, pada akhir Januari 2010 lalu, antara lain membahas mengenai studi bersama yang akan dilakukan, biaya, hak intelektual dan skema bisnis. Pemerintah Indonesia berharap bahan bakar yang diproduksi dari CTL dapat mencapai 80.000 barel per hari.

CTL dapat digunakan untuk rumah tangga, transportasi, industri dan pembangkit listrik. Dengan kapasitas sekitar 160.000 barel setara minyak mentah per hari, dipercaya akan sangat bermanfaat bagi Indonesia.

Diversifikasi energi memang merupakan salah satu jawaban untuk mencukupi kebutuhan energi yang terus meningkat, dan kerja sama Indonesia – Afrika Selatan menjadi salah satu kunci pengembangan energi masa depan. Kendati demikian masalah kelestarian lingkungan hidup tetap jangan sampai luput dari perhatian pemerintah.

0 comments:

Post a Comment