welcome to my home

I want all of you to feel just like home whenever you enter my page, so enjoy your 'feels like home' in here and free to drop comments

PUTRI INDONESIA PEAGENT 2005

Aug 9, 2005

Malam itu, 29 Juli 2005, ku dan mama sedang menghabiskan malam dengan menonton acara televisi.
Ada dua acara di stasiun yang berbeda yang menjadi favorite qt, acara yang satu berupa reality show sedang yang lain bersifat ajang musiman. Seiring waktu kami pun memfokuskan menonton ajang bergengsi yang menurut qt bakal ‘memperlihatkan’ Indonesia seutuhnya, apalagi dari si pemenang nantinya.
Kecewanya qt waktu tau seiring berjalannya ajang yang bertajuk Putri Indonesia Peagent itu tercermin sisi yang sangat Indonesia tetapi sangat tidak diharapkan – incompetence dan inconsistency.
Bagaimana tidak, sejurus pertanyaan dan adu kebolehan yang ‘dipertontonkan’ tiap-tiap finalis dari 10 besar hingga ke 5 besar dan akhirnya sampai 3 besar sungguh ‘MEMUKAU’ para juri hingga (mungkin) jadi agak-agak selip nama atau nilai yang diberikan kepada para finalis-finalis (yang memang semuanya cantik-cantik) tersebut.
Jujur saja, atas nama seorang putri Indonesia (meski ku tidaklah begitu cantik) ku merasa dipermalukan dengan proses dan hasil yang telah ‘disuguhkan’ kepada khalayak ramai bangsa Indonesia – tidak terbayangkan kalau 1 tahun ke depan begitu banyak putri-putri di Indonesia akan terwakili dengan sosok seorang putri Indonesia yang terpilih pada malam itu.
Entah mungkin mata ku dan mama yang salah ‘lihat’ (atau masalah ada pada layar televisi Anda yang kurang ‘berbobot’) karena rasanya tidak mungkin juri-juri yang ternama dan berpendidikan tersebut sampai salah memilih orang sebagai perwakilan seorang Putri yang benar-benar Indonesia serta memiliki kriteria brain, beauty and behavior (3B) – apalagi katanya akan mewakili Indonesia (kembali) di ajang bergengsi Miss Universe, Miss World dan Miss ASEAN (as a whole package for those 3 winners).
Mungkin ini hanyalah ‘prasangka’ atau sekedar kritik yang menggelitik, tapi siapa sih yang mau negaranya diwakili oleh orang-orang yang mendapatkan ‘keberhasilannya’ atas KEBESARAN nama ‘benda-benda’ lain di belakangnya – mau di kemanakan muka bangsa Indonesia ini?
Ku memang bukan seorang Putri, tapi bagi ku hidup adalah persoalan memperoleh harapan dan bergulat dengan rasa takut ketika bernapas saja sulit karena busung lapar, menjadi pintar saja mahal, mendapat pekerjaan butuh cari koneksi sana-sini (bukannya salah memiliki koneksi kalau memang berkompeten), menjadi bahagia harus ‘bermain’ dengan maut (tanyakan pada anak-anak yang bergulat dengan narkoba &AIDS serta jika di negerinya dilanda perang).
Seakan sulit untuk “habis gelap terbitlah terang” maka dari itu ku tidak setuju dengan filosofi ‘sahabat layaknya bayangan’ karena dasar pemikiran tersebut terletak pada konsep bayangan yang akan selalu berada di dekat kita – ‘tuannya’. Tidak akan pernah bayangan mendahului ‘tuannya’ karena bayangan bersifat supportive dan dualisme, hal ini bukan berkisar pada ada tidaknya sinar! Karena persepsinya, setiap manusia memiliki bayangan, kecuali dia HANTU  bagi ku ‘sahabat adalah cermin’, seorang yang bersifat refleksionis – menghantarkan refleksi dari ‘tuannya’ apa adanya tanpa dilebihkan atau dikurangi. Sahabat layaknya cermin memberikan ‘penilaian’ bukan pada hasil perbuatan tapi pada apa yang terlihat sehingga yang tersimpan rapat pun kelihatan 
Ku memang bukan Putri Indonesia 2005, bahkan bukannya tidak mendukung. Tapi hendaknya, hal ini adalah cobaan dan ajang pembelajaran bagi kita semua (mumpung gratis dan bisa dinilai sekaligus oleh masyarakat ramai), ke depannya kita berusaha lebih baik lagi! C’est la vie, manusia pasti berbuat salah… mais le plus important, nous devons etudier d’erreur!

(NB: tulisan ni ku kirimin k beberapa alamat yg mkg mo mendengar ‘keluh-kesah’ seorang putri Indonesia, yg ga kalah manieezz n pinter nya ni ;p hehehehehe…. God bless us all!)

0 comments:

Post a Comment